Senin, 07 November 2011

Biografi Purdi E Chandra


Purdi E Chandralahir di Lampung 9 September 1959. Secara “tak resmi” Purdi sudah mulai berbisnis sejak ia masih duduk di bangku SMP di Lampung, yakni ketika dirinya beternak ayam dan bebek, dan kemudian menjual telurnya di pasar.
Bisnis “resminya” sendiri dimulai pada 10 Maret 1982, yakni ketika ia bersama teman-temannya mendirikan Lembaga Bimbingan Test Primagama (kemudian menjadi bimbingan belajar). Waktu mendirikan bisnisnya tersebut Purdi masih tercatat sebagai mahasiswa di 4 fakultas dari 2 Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta.
Namun karena merasa “tidak mendapat apa-apa” ia nekad meninggalkan dunia pendidikan untuk menggeluti dunia bisnis. Dengan “jatuh bangun” Purdi menjalankan Primagama. Dari semula hanya 1 outlet dengan hanya 2 murid, Primagama sedikit demi sedikit berkembang. Kini murid Primagama sudah menjadi lebih dari 100 ribu orang per-tahun, dengan ratusan outlet di ratusan kota di Indonesia. Karena perkembangan itu Primagama ahirnya dikukuhkan sebagai Bimbingan Belajar Terbesar di Indonesia oleh MURI (Museum Rekor Indonesia).
Lego Motor, Berhenti Kuliah
Bukan suatu kebetulan jika pengusaha sukses identik dengan kenekatan mereka untuk berhenti sekolah atau kuliah. Seorang pengusaha sukses tidak ditentukan gelar sama sekali. Inilah yang dipercaya Purdi ketika baru membangun usahanya.
Kuliah di 4 jurusan yang berbeda, Psikologi, Elektro, Sastra Inggris dan Farmasi di Universitas Gajah Mada (UGM) dan IKIP Yogya membuktikan kecemerlangan otak Purdi. Hanya saja ia merasa tidak mendapatkan apa-apa dengan pola kuliah yang menurutnya membosankan. Ia yakin, gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal meraih cita-cita. Purdi muda yang penuh cita–cita dan idealisme ini pun nekad meninggalkan bangku kuliah dan mulai serius untuk berbisnis.
Sejak saat itu pria kelahiran Punggur, Lampung Tengah ini mulai menajamkan intuisi bisnisnya. Dia melihat tingginya antusiasme siswa SMA yang ingin masuk perguruan tinggi negeri yang punya nama, seperti UGM.
Bagaimana jika mereka dibantu untuk memecahkan soal-soal ujian masuk perguruan tinggi, pikirnya waktu itu. Purdi lalu mendapatkan ide untuk mendirikan bimbingan belajar yang diberi nama, Primagama. “Saya mulai usaha sejak tahun 1982. Mungkin karena nggak selesai kuliah itu yang memotivasi saya menjadi pengusaha,” kisah Purdi. Lalu, dengan modal hasil melego motornya seharga 300 ribu rupiah, ia mendirikan Bimbel Primagama dengan menyewa tempat kecil dan disekat menjadi dua. Muridnya hanya 2 orang. Itu pun tetangga. Biaya les cuma 50 ribu untuk dua bulan. Kalau tidak ada les maka uangnya bisa dikembalikan.
Segala upaya dilakukan Purdi untuk membangun usahanya. Dua tahu setelah itu nama Primagama mulai dikenal. Muridnya bertambah banyak. Setelah sukses, banyak yang meniru nama Primagama. Purdi pun berinovasi untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikannya ini.
“Sebenarnya yang bikin Primagama maju itu setelah ada program jaminan diri,” ungkapnya soal rahasia sukses mengembangkan Bimbel Primagama. ”Kalau ikut Primagama pasti diterima di Universitas Negeri. Kalau nggak uang kembali. Nah, supaya diterima murid-murid yang pinter kita angkat jadi pengajar. Karena yang ngebimbing pinter, ya 90% bisa lulus ujian masuk perguruan tinggi negeri,” lanjutnya.

sumber :
http://maksumpriangga.com/biografi-purdi-e-chandra.html

soal manajemen pemasaran


Soal Manajemen Pemasaran Kel. 4

Segmentasi Pasar

1.    Konsep menjual/penjualan memusatkan perhatian pada kebutuhan penjual, konsep pemasaran pada kebutuhan pembeli, merupakan perbedaan konsep pemasaran dibandingkan konsep menjual berdasarkan teori…
a.    Porter                                                       c. Profesor Theodore Levitt*
b.    Gitosudarmo                                           d. Taylor

2.    Manfaat segmentasi pasar menurut Gitosudarmo (2000) adalah sebagai berikut, kecuali
a.    Dapat membedakan antara segmen yang satu dengan segmen lainnya
b.    Dapat digunakan untuk menganalisis pasar*
c.    Dapat digunakan untuk mengetahui sifat masing-masing segmen
d.    Dapat digunakan untuk mencari segmen mana yang potensinya paling besar

3.    Segmentasi yang terkonsentrasi dilakukan dengan mengarahkan satu jenis produk untuk satu segmen pasar, disebut dengan segmentasi…
a.    Concentrated Segmentation*              c. Undifferentiated Segmentation
b.    Differentiated Segmentation               d. Requirement Segmentation

4.    Konsumen akan menyukai produk yang menawarkan mutu, kinerja, dan pelengkap inovatif yang terbaik, merupakan salah satu konsep dalam melakukan kegiatan pemasaran, yaitu…
a.    Konsep produk*                                     c. Konsep menjual/penjualan
b.    Konsep produksi                                                d. Konsep pemasaran

5.    Pekerja keras, memiliki rasa percaya diri yang kuat, menyukai inovasi, proaktif, berani mengambil resiko, cenderung terbuka dan mampu mempengaruhi orang lain merupakan salah satu criteria segmentasi psikografis masyarakat perkotaan di Indonesia, yaitu…
a.    The anxious                                            c. The achievers
b.    The socialite                                           d. The Affluent*

mempertahankan jiwa kewirausahaan


A. Terminologi Kewirausahaan (Intrapreneurship)
Beberapa tahun belakangan ini topik intrapreneurship semakin popular. Dari sekian
banyak masih ada kekeliruan dalam memahami konsep yang mendasari
intrapreneurship tersebut. Kebanyakan definisi yang ada menyebutkan bahwa
intrapreneurship tidak lepas dari aktivitas-aktivitas entrepreneurial yang sesuai dengan
persetujuan organisasi dan komitmen sumber daya untuk tujuan inovatif. Pada
dasarnya pokok tujuan intrapreneurship adalah mengembangkan semangat
entrepreneurial dalam ikatan organisasi, sekaligus menciptakan iklim guna tercapainya
kesejahteraan.
Intrapreneur
Seorang entrepreneur di dalam sebuah organisasi yang telah ada. Biasanya dilakukan
karena organisasi tersebut telah tumbuh besar dan kurang fleksibel.
Intrapreneurship
Kebiasaan mengembangkan bisnis baru di dalam struktur organisasi yang ada (Stoner,
1995)
Entrepreneur
Orang yang berusaha mendirikan usaha baru/organisasi baru
B. Kebutuhan Akan Sifat Kewirausahaan Dalam Organisasi
Banyak perusahaan menyadari akan pentingnya sifat kewirausahaan dalam
organisasinya (Peter dan Waterman dalam bukunya A Passion of Excellence).
Kebutuhan akan kewirausahaan semakin meningkat dikarenakan munculnya
permasalahan seperti :
1. Semakin banyak pesaing yang mempunyai keunggulan
2. Ketidakpercayaan akan metode-metode tradisional dalam manajemen
3. Banyak SDM berpotensi hengkang dan lebih memilih menjadi wirausaha
C. Hambatan-Hambatan Yang Terjadi
Hambatan-hambatan yang biasanya dialami oleh perusahaan adalah tidak efektifnya
penerapan teknik tradisional manajemen pada pengembangan suatu bidang baru.
Pemahaman tentang hambatan-hambatan tersebut merupakan hal yang penting
dalam membantu perkembangan kewirausahaan perusahaan mengingat hal tersebut
merupakan kunci dasar penumbuhan iklim inovasi.
Faktor-faktor yang mendukung utuk tercapainya keberhasilan inovasi-inovasi menurut
James Brian Quinn (1995) adalah :
1. Iklim inovasi dan visi
2. Orientasi pasar
3. Organisasi yang tetap datar dan kecil
4. Proses belajar interaktif
D. Elemen-Elemen Spesifik Strategi Intrapreneurial Korporat
Dalam upaya untuk menciptakan strategi intrapreneurial, perusahaan harus
memperhatikan pertimbangan-pertimbangan berikut ini :
1. Perusahaan yang mempromosikan pertumbuhan pegawai akan dapat
merekrut orang-orang yang memiliki kemampuan terbaik.
2. Tantangan di era tahun 2000-an ini adalah pelatihan kembali para manajer
untuk menjadi guru, pelatih dan mentor.
3. Orang-orang dengan kemampuan terbaiknya mencari perusahaan terbaik
yang menyediakan program bonus.
4. Wewenang manajemen akan degantikan oleh suatu jaringan, dicirikan oleh
koordinasi dan dukungan horizontal.
5. Intrapreneurship dalam korporasi memperbolehkan seorang pegawai.
6. Mendapatkan kepuasan dari pengembangan ide-idenya tanpa resiko
meninggalkan perusahaan.
7. Perusahaan-perusahaan besar mengambil pelajaran dari bisnis kecil dan belajar
bagaimana bisa fleksibel, mendorong inovasi, serta membakar semangat
pegawainya.
Menurut John W. Alexander (1989) untuk mendukung strategi intrapreneurial ini, ada
beberapa langkah penting yang perlu dilakukan :
1. Penngembangan visi
2. Dorongan inovasi
3. Penstrukturan suatu iklim intrapreneurial
4. Pengembangan tim usaha
Ada satu cara bagi perusahaan untuk mengembangkan iklim intrapreneurial, yakni
melalui program Intrapreneurship Training Program (ITP). Program tersebut dirancang
untuk melatih para peserta untuk mendukung intrapreneurship dalam lingkup
pekerjaan masing-masing. Program ini mencakup :
Pengenalan
Kreativitas individu
Intrapreneuring
Penilaian budaya yang ada saat ini
Perencanaan bisnis
Perencanaan tindakan
E. Penghapusan Mitos Tentang Intrapreneurial
Ada kesamaan mendasar antara entrepreneur dengan intrapreneur. Akibatnya mitosmitos
keliru tentang entrepreneur menulari juga intrapreneur.
Mitos : motivasi utama dari seorang entrepreneur (intrapreneur) adalah keinginan
untuk kemakmuran, karenanya uang adalah tujuan utama.
Kenyataan : motivasi utama dari entrepreneur (intrapreneur) adalah proses inovasi :
kebebasan dan kemampuan adalah motivasi utama, uang hanya sebuah alat dan
symbol kesuksesan.
Mitos : entrepreneur adalah pengambil resiko tinggi – mereka adalah penjudi yang
memainkan taruhan besar.
Kenyataan : wirausaha adalah seorang yang realistis dengan mengambil resiko
menengah. Karena ia memperhitungkan resiko yang dihadapi.

sumber : mempertahankan jiwa kewirausahaan.pdf - Adobe Reader

Minggu, 06 November 2011

etika bisnis dan kewirausahaan


Mengingat tantangan kondisi ekonomi kita terkena, sulit membayangkan menerapkan etika bisnis dalam kewirausahaan. Dengan dorongan untuk memperluas, mengurangi biaya dan meningkatkan keuntungan generasi, mempertimbangkan perasaan orang lain sepertinya keluar dari pertanyaan. keputusan bisnis yang baik dapat diukur oleh banyak hal bisnis kewirausahaan. Tetapi tidak selalu etis. Ini adalah bagian yang sedih.
Namun itu mungkin tidak berlaku dalam situasi tertentu, etika sangat penting bagi pertumbuhan asli dan pembangunan. Tanpa itu, perusahaan hanya akan menjadi pengisi; pemain ekonomi berlangsung tanpa kontribusi kepada masyarakat.
Etika bisnis adalah segmen etika terapan yang mencoba untuk mengontrol dan memeriksa pengaturan moral dan etika perusahaan. Ia juga mendalami seberapa baik atau buruk badan usaha membahas masalah-masalah moral dan etika dan menunjukkan apa yang salah dalam proses alami mereka. Ini mencakup semua aspek bisnis – dari produksi untuk administrasi, keuangan dan pemasaran. Hal ini juga berlaku untuk berbagai industri dan dapat deskriptif atau normatif dalam disiplin.
Penerapan etika bisnis dalam kewirausahaan mencerminkan keterlibatan perusahaan non nilai-nilai sosial ekonomi didorong – yang saat ini, telah sangat diabaikan. Itu membuat perusahaan sejalan dengan lebih baik dan membuat mereka pemain kontributif untuk praktek bisnis sehat.
Seperti kita semua tahu, prospek penghasilan lebih mungkin melebih-lebihkan keinginan kebanyakan pengusaha untuk terlibat dalam penebangan, transaksi tidak etis. Hal ini memaksa mereka untuk menipu, berbohong, mencuri dan menyangkal orang lain hak-hak mereka untuk double / triple pendapatan atau maju. Misalnya, kurangnya pengaruh etika dapat menyebabkan perusahaan-perusahaan farmasi untuk dokter laporan laboratorium mengenai efek samping obat yang paling laku. Hal ini dapat mendukung bias gender dalam perekrutan. Dan juga dapat menyebabkan perusahaan-perusahaan kaya untuk menahan manfaat dan upah dari pekerja mereka. Meskipun jelas tidak pantas, ini adalah masalah sosial dan bisnis yang masih saat ini lazim planning bisnis – dengan demikian menekankan penerapan bijaksana etika dalam bisnis.
Seperti digambarkan dalam film The Insider yang dibintangi Russell Crowe dan Al Pacino, ada konsekuensi yang signifikan terhadap kurangnya etika dalam prosedur bisnis. Untuk menjelaskan, kebejatan etis telah menghasut menyabot banyak perusahaan, serikat pekerja, dan tuntutan hukum. Dalam ekstrim, telah menyebabkan penutupan dan penurunan komersial. Ini telah tumbang pemimpin dan pemerintah dan ribuan nyawa dikompromikan. Jika ada, perusahaan harus memperlakukan etika sebagai bagian penting dari operasi sehari-hari mereka. Mengingat tujuan di balik keberadaan mereka, peran mereka bermain dalam masyarakat dan kontribusi mereka ke seluruh dunia, perusahaan yang terikat secara hukum bertanggung jawab atas kesejahteraan konsumen mereka melalui etika.
Ini adalah hal yang baik bahwa banyak pengusaha pemula sekarang lebih dikenal etika bisnis untuk kewirausahaan. Ini menghemat masa depan dari menjadi korban dari pengaruh masa lalu komunitas bisnis sejahtera. Jika ada, kita tidak ingin mengulang kesalahan kita. Etika bisnis saat ini diajarkan di banyak lembaga dan ada juga ribuan referensi dibuat tersedia secara online. Dengan demikian, setiap pengusaha calon diberi kewenangan untuk menerapkannya. Kita semua harus ingat bahwa sebagai pengusaha, itu merupakan bagian dari tanggung jawab kita untuk menjalankan bisnis kami di bawah kode moral yang menghormati, mencari keadilan dan mempromosikan kebaikan semua orang.

sumber :
http://www-bisnis.org/tag/etika-bisnis-dan-kewirausahaan


sumber daya manusia


Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi  yang terkandung dalam diri manusia  untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial  yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi. Oleh karena itu, dalam bidang kajian psikologi, para praktisi SDM harus mengambil penjurusan industri dan organisasi.
Sebagai ilmu, SDM dipelajari dalam manajemen sumber daya manusia  atau (MSDM). Dalam bidang ilmu ini, terjadi sintesa antara ilmu manajemen dan psikologi. Mengingat struktur SDM dalam industri-organisasi dipelajari oleh ilmu manajemen, sementara manusia-nya sebagai subyek pelaku adalah bidang kajian ilmu psikologi.
Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang SDM bukan sebagai sumber daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bukan sekedar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan (bandingkan dengan portfolio investasi) dan juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih mengemuka.

sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_manusia